bertahan saja cukup
Sesusah susahnya ilmu adalah ikhlas. Ikhlas itu ditempa musibah kayak apapun kita masih bisa tetap senyum dan berpikir jernih. Kadang kita bisa ikhlas di satu kejadian tapi pada peristiwa lain kita merasa sesak untuk mengikhlaskan…
Sudah lulus belum kalau begitu ilmu ikhlasnya? Belum.
Jatuh bangun menghadapi hidup sudah saya lalui sejak kecil, terlahir dari orang tua wiraswasta, ekonomi kami naik turun, jatuh bangun, pernah tersungkur sampai ke lubang paling dalam. Pernah merasakan bayar kuliah dari hasil kerja sendiri, beasiswa dan juga bantuan keringanan biaya pendidikan. Ngajar ke sana ke mari, dari anak sd sampai sma pernah saya jalani. Dari sejak sekolah saya sudah biasa mengajar. Duit kurang? Sering. Susah mau makan enak? Sering banget.
Apakah orang lain tau seberapa kuat saya berjuang? Engga. Saya tidak pernah mengeluh, tidak pernah nangis di depan seorang teman pun bahkan di depan orang tua saya. Satu-satunya tempat saya menumpahkan beban saya hanya sajadah.
Saya terus berjalan, tidak menyerah, menyelesaikan kuliah hinggap selesai dan kembali berjuang untuk menebus semua rasa ngilu yang pernah saya rasakan.
Apa saya bisa berjalan menyelesaikan semuanya karena saya ikhlas? Tidak, belum lebih tepatnya.
Lalu apa yang membuat saya terus berjalan?
Pernah merasakan rasanya sakit gigi? Apa rasanya? Ngilu, nyut nyutan, bikin bad mood, bikin pingin marah-marah. Sudah ke dokter tapi toh rasanya masih tidak bisa hilang. Lalu apa yang kita lakukan? Bertahan. Iya, hanya itu yg bisa kita lakukan.
Seperi itu juga yang saya lakuan, bertahan. Bertahan belum sampai titik ikhlas. Tapi dengan bertahan kita bisa terus hidup.
Apakah cukup dengan bertahan? Jika kita tidak mampu mencapai ikhlas maka bertahan saja sudah cukup.
-
Archives
- December 2015 (1)
- August 2015 (1)
- May 2013 (2)
- April 2013 (4)
- December 2012 (3)
- November 2012 (3)
- October 2012 (1)
- September 2012 (2)
- June 2012 (1)
- May 2012 (3)
- April 2012 (1)
- March 2012 (2)
-
Categories
-
RSS
Entries RSS
Comments RSS